Setiap orang pasti pernah mengalami atau merasakan suatu keadaan yang tidak menyenangkan dalam dirinya.
Bentuk perasaan yang tidak menyenangkan ini sering disebut dengan kecemasan. Kecemasan merupakan reaksi kejiwaan yang muncul akibat adanya permasalahan tersebut dengan sempurna. Kecemasan adalah suatu kondisi emosi yang kurang menyenangkan. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia (PPDGJ) III (1995) menjelaskan bahwa kecemasan merupakan suatu perasaan yang kurang dan dirasakan oleh induvidu yang bersangkutan sebagai perasaan terancam.
Kecemasan mempunyai dua pengertian, yaitu kecemasan sebagai respon dan kecemasan sebagai variabel intervening. Kecemasan sebagai respon mengandung pengertian bahwa kecemasan adalah reaksi seseorang terhadap pengalaman atau situasi tertentu, yang akan tampak dari pembicaraan, tindakan, atau perubahan fisiknya (denyut jantung, tekanan darah, pernafasan dan lain-lain). Kecemasan sebagai variabel intervening, maksudnya adalah kecemasan yang disebabkan oleh kondisi tertentu dan mempunyai pengaruh atau konsekuensi tertentu juga. Kecemasan ini akan menimbulkan aplikasi lain, yaitu munculnya penyesuaian-penyesuaian yang menimbulkan kecemasan tertentu untuk memindahkan ancaman (Lazarus, 1976).
Atkinson (1996) menjelaskan bahwa kecemasan merupakan emosi yang tidak menyenangkan yang ditandai dengan gejala seperti kekhawatiran dan perasaan takut. Segala bentuk situasi yang mengancam kesejahteraan organisme dapat menumbuhkan kecemasan, konflik merupakan salah satu sumber munculnya rasa cemas. Adanya ancaman fisik, ancaman terhadap harga diri, serta perasaan tertekan untuk melakukan sesuatu diluar kemampuan juga menumbuhkan kecemasan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kecemasan adalah bentuk perasaan yang tidak menyenangkan yang ditandai dengan kekhawatiran dan perasaan takut sehingga mengganggu kebahagiaan dan ketenangan seseorang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan.
Henderson dkk (1989) menyebutkan sumber kecemasan berasal dari adanya situasi yang menekan dan menghambat, sehingga menyebabkan terjadinya konflik jiwa, misalnya keadaan ekonomi yang buruk dan jika sudah menumpuk akan berpengaruh pada perilaku. Horney (1989), menjelaskan bahwa kecemasan adalah rasa tidak berdaya, rasa permusuhan, dan rasa menyendiri. Mahmud (1987) menyatakan bahwa sebab kecemasan itu berupa keinginan-keinginan, kebutuhan-kebutuhan dan ingatan yang tidak disetujui oleh orangtua maupun oleh orang disekitanya.
Gejala kecemasan
Hawari (1996) menguraikan beberapa gejala kecemasan yang sering dialami oleh seseorang yaitu memandang diri rendah, sulit untuk merasa senang atau pemurung, mudah menangis, tidak ada kepercayaan diri, mudah tegang dan gelisah, menghindari hal-hal yang tidak menyenangkan, jantung sering berdebar-debar, mulut terasa kering, berkeringat dan merasa takut mati.
Sarason dan Sarason (dalam Safitri, 1995) pada individu yang cemas, nafasnya pendek-pendek, muncul diare, kehilangan nafsu makan, lemas, pening, gemetar dan sering buang air kecil. Selain ada perasaan tidak menentu, tidak berdaya, gugup dan sukar untuk kosentrasi. Kebanyakan dari mereka yang mengalami kecemasan menjadi kurang percaya diri, dan dianggap kurang menyenangkan bagi orang lain. Kecemasan berkaitan dengan ketidakpastian yang menimbulkan rasa was-was, apakah ada rasa aman dan terbebas dari penderitaan atau kemungkinan adanya ancaman.
Penanggulangan Kecemasan
Menurut Atkison (1996), ada dua cara utama untuk menanggulangi kecemasan yaitu :
a.Menitik beratkan masalahnya : Individu menilai situasi yang menimbulkan kecemasan dan kemudian melakukan sesuatu untuk mengubah atau menghindarinya.
b.Menitik beratkan emosinya : individu berusaha mereduksi perasaan cemas melalui berbagai macam cara dan tidak secara langsung menghadapi masalah yang menimbulkan kecemasan itu.
B. Ayah dan Ibu
1.Peran ayah dan ibu dalam keluarga
Hurlock (1990) mengungkapkan bahwa keluarga inti merupakan keluarga yang beranggotakan orangtua, yaitu ayah dan ibu beserta anak. Masing-masing anggota keluarga tersebut mempunyai peran yang berbeda. Berikut ini akan diuraikan mengenai peran masing-masing anggota keluarga :
a.Peran Ayah
Menurut Person dkk (dl Thorn burg, 1982) terdapat instrumental role yang biasanya dimainkan oleh ayah dan dapat menjembatani jarak antara keluarga dengan masyarakat yang lebih luas.
Menurut Hurlock (1990) para ayah sering kali gagal menunjukkan kasih sayang dengan cara yang dapat dimengerti oleh anak, karena mereka merasa bahwa ekspresi kasih sayang demikian tidak jantan.
b.Peran Ibu
Menurut Person dan Balles (dalam Thornburg, 1982) adalah peran yang biasanya bersifat expressive dan tertuju pada hubungan yang terjadi dalam keluarga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar